![]() |
Ilusatrasi Bank BRI Karyawan photo Gumparan |
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini 16 Desember 2025 diperkirakan bergerak fluktuatif dengan cenderung melemah pada rentang Rp16.660 hingga Rp16.690 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, Senin (15/12/2025), rupiah ditutup melemah 21 poin atau 0,13% ke Rp16.667 per dolar AS.
Adapun, indeks dolar AS menguat tipis 0,01% ke 98,40. Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia ditutup menguat. Yen Jepang menguat 0,36% bersama won Korea sebesar 0,29%. Adapun, yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing terapresiasi 0,09% dan 0,18%. Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi menyebut bahwa penguatan dolar AS didorong oleh sinyal dovish dari The Fed yang kembali memangkas suku bunga acuannya pada pekan lalu.
Selain itu, bank sentral AS tersebut juga disebut memberikan sinyal untuk segera memulai pembelian obligasi pemerintah jangka pendek mulai Desember 2025 dengan laju sekitar US$40 miliar per bulan. “Aktivitas pembelian aset The Fed menghadirkan prospek dovish untuk kebijakan moneter, mengingat kondisi likuiditas lokal kemungkinan semakin longgar dengan suntikan dana tunai,” ujarnya, Senin (15/12/2025)
Fokus pasar global pada pekan ini tertuju pada rilis data ketenagakerjaan sektor non-pertanian AS (NFP) serta data inflasi konsumen (CPI) untuk November. Kedua data tersebut dijadwalkan rilis pada Selasa dan Kamis. Ibrahim menjelaskan bahwa rilis data NFP kali ini akan menjadi perhatian khusus karena sempat mengalami penundaan akibat penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan pada Oktober dan November.
“Pasar akan mencermati apakah ada tanda-tanda pelonggaran pertumbuhan tenaga kerja dan pendinginan inflasi, karena dua faktor itu menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan arah suku bunga,” ujarnya.
Dari perspektif domestik dan global dalam jangka menengah, Ibrahim memandang tahun 2026 berpotensi menjadi periode yang penuh ketidakpastian. Kompetisi antarnegara besar diperkirakan semakin tajam, aliansi global berpotensi bergeser, dan konflik regional berisiko meluas.
Dia juga menambahkan bahwa sejumlah lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Bank Sentral Eropa (ECB), dan OECD telah memproyeksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang bakal disertai fragmentasi dan transformasi struktural.
“Perlambatan ini disebabkan oleh perdagangan dunia yang melemah, rantai pasok yang direstrukturisasi demi keamanan bukan sekadar efisiensi, utang publik di banyak negara yang berada pada titik tertinggi, dan perkembangan teknologi yang lebih pesat ketimbang penerbitan regulasi baru,” ucapnya.
Rupiah Ditutup Lesu ke Rp16.691 per Dolar AS Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup terdepresiasi 0,14% atau 24 poin ke Rp16.691.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,03% ke 98,27. Adapun, mata uang negara Asia lainnya hari ini ditutup beragam. Dolar Hong Kong terapresiasi 0,06%, peso Filipina menguat 0,52%, dan ringgit Malaysia menguat 0,20%. Sebaliknya, dolar Singapura ditutup melemah 0,04% terhadap dolar AS, rupe India melemah 0,27%, dan baht Thailand terdepresiasi 0,09%.
09:10 WIB Rupiah Dibuka Loyo ke Rp16.677 per Dolar AS Mengutip data Bloomberg
pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,06% ke level Rp16.677 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,03% ke level 98,28. Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang menguat 0,23%, dolar Hong Kong naik 0,05%, dolar Singapura melemah 0,01%, dolar Taiwan melemah 0,23%, dan won Korea Selatan melemah 0,10%. Lalu peso Filipina menguat 0,23%, yuan China menguat 0,07%, ringgit Malaysia naik 0,13%, dan baht Thailand melemah 0,07%.
